PENGEMBANGAN WISATA DI KAMPUNG BLEKOK RANCABAYAWAK RT 02 RW 02 CISARANTEN KIDUL, KECAMATAN GEDEBAGE
Destinasi wisata memiliki keragaman daya tarik antara lain keindahan alam, budaya, serta peribadatan. Salah satu destinasi wisata alam dn juga sebagai obyek penelitian di Kota Bandung, tepatnya di Rancabayawak RW. 02, Cisaranten Kidul, Kec. Gedebage, Kota Bandung memiliki destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Daya Tarik yang dimiliki pada daerah tersebut menurut Ujang Safaat (45 tahun), salah seorang tokoh masyarakat Kampung Rancabayawak, mengatakan koloni burung blekok dan kuntul sudah mendiami kampung mereka sejak tahun 1970-an. Sejak itu, mereka menjadi bagian dari hidup keseharian warga. Namun demikian seiring dengan pembangunan kota Bandung yang pesat habitat burung tersebut menjadi berkurang dan mempunyai dampak seperti yang yang dimuat dalam situs bandungbergerak.id :
“Namun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, dari 2019 sampai 2021, terlihat betul bagaimana populasi burung di Rancabayawak terus menyusut. Masifnya alih fungsi lahan jadi ancaman paling nyata di sekitar Gedebage, kawasan yang jadi dasar dari cekungan Bandung. Bekas-bekas rawa yang lama difungsikan sebagai persawahan kini berubah jadi permukiman, stadion megah, bakal kawasan Bandung Teknopolis, serta jadi bagian dari pembangunan ruas jalan tol Purbaleunyi dan rel kereta cepat Jakarta Bandung, termasuk area stasiun depo dan stasiun kereta cepat Tegalluar yang memanjang dari perbatasan Gedebage-Bojongsoang sampai ke Cileunyi-Rancaekek. Kawasan mahaluas ini dulunya adalah area pertanian.”
Program Diploma 3 Perhotelan, Fakultas Ilmu Terapan, Univeritas Telkom, sebagai salah satu bagian dari pariwisata memiliki kepedulian terhadap keberadaan daya tarik dari destinasi tersebut. Bentuk implementasi kepedulian tersebut adalah dengan melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat pada bulan Desember 2022 yang dihadiri oleh pengurus dan Pokdarwis wilayah setempat. Hasil dari pelaksanaan tersebut adalah berupa usulan:
- Kampung Blekok dijadi destinasi wisata minat khusus agar kedatangan wisatawan tidak terlalu banyak mengganggu habitat burung tersebut.
- Diperlukan perpustakaan dan museum bagi para peneliti.
- Kolaborosi dengan salah satu pengembang (sebagai Corporate Social responsibility) di daerah tersebut untuk bersama-sama melestarikan